Negara Pengunjung TTB


Tangan Tak Bernyawa

Sabtu, 01 Juni 2013

Puisi Buat Pak Jokowi



Disaat ku baca kisah mu
Kisah yang penuh dengan makna
Seketika itu merinding bulu roma ku
Meresapi hingga ku meneteskan air mata
Entah kenapa
Padahal engkau bukan bapak ku
Bukan juga paman ku
Apalagi sahabat kecil
Karena kita tak saling mengenal
Namun cerita mu sungguh mengharukan
Cita-cita dan perjuangan mu memberi ku semangat baru
Dulu jokowi “si tukang kayu”
Berubah menjadi walikota
Kini, kau telah duduk sebagai Gubernur DKI Jakarta
Namun itu semua tak semudah membalikkan telapak tangan
Program-progam mu pun diusik
Itu pun bukan rakyat melainkan pejabat
Pejabat yang tak rela akan kejujuran mu
Pejabat yang tak rela akan pro-mu kepada rakyat
Namun aku bangga
Karena kau tak mempedulikannya
Malah rakyatlah yang kau nomor satukan
Kini cerita mu kusimpan baik-baik dalam lemari ku
Jokowi “Si Tukang Kayu”



Jumat, 31 Mei 2013

Rasa Yang Tak Bisa Merasa




Bulir-bulit tinta kepedihan mulai merambat
Dari arah-arah hijau yang panas
Bertebrangan bagai debu-debu kecil yang tak terlihat
Hingga disetiap mata tak berdaya
Dengan perlahan merasuki hingga kedalam mata
Merapatkan barisan hingga tak terdeteksi
Bagai penyakit yang tak bisa disembuhkan
Hingga satu pertanyaan sederhana dari mulut tak berdosa
Kapankah penderitaan ini akan selesai?
Atau akankah terus merambat sampai generasi ke genarasi?
Sungguh…, ini bagai misteri kehidupan yang tak bernyawa
Nyata namun tak telihat
Terlihat menjadi sebuah kenyataan yang mengerikan
Disetiap rasa yang merasakan
Bukan rasa yang tak mampu merasakan

Karena mereka sudah tak tahu cara lagi untuk merasakannya.


Kamis, 30 Mei 2013

Kenapa Kau Harus Malu








Aku malu!!!
Kenpa kau harus malu?
Karena aku tak sekolah…
Aku malu!!!
Kenapa kau harus malu?
Karena aku tak punya kemampuan…
Aku malu!!!
Kenapa kau harus malu?
Karena aku tak bisa berbuat apa-apa…
Tanah ku yang hijau…
Telah tergusur oleh tangan-tangan pendiam
Tanah ku yang hijau…
Telah berdiri gedung-gedung yang mewah…
Kini aku…
Tak bisa menoleh demi sebuah senyuman…
Tak bisa tersenyum demi kebebasan…
Tak bisa berdiri demi kehidupan yang layak…
Aku hanya bisa merunduk dan menagis…
Aku hanya bisa diam dan meratapi…
Layaknya sang harimau yang sudah tak punya taring…
Kemana kami harus mengadu!!!
Sedangkan aduan kami bagai angin yang berlalu…
Tak punya makna dan arti disetiap jeritan…
Kemana kami harus berteduh!!!
Sedangkan tempat teduh kami sudah hilang dari rindangnya…
Kemana kami harus berlindung!!!
Sedangkan tempat kami berlindung sudah bertebarangan kesana kemari…
Disapu bagai sampah yang menjijikkan…
Disapu bagai sampah yang menimbulkan masalah…
Disapu bagai duri yang menjadi benalu dalam kehidupan…
Sedangkan kami adalah anak negeri…
Tempat lahir kami adalah indonesia tercinta…
Darah dan tulang kami adalah merah putih…
Lambang kejayaan indonesia…
Yang telah disumbangkan oleh ribuan pejuang…
Dengan rela menumpahkan darah mereka…

Untuk menjadikan indonesia menjadi Negara yang merdeka…







BangKit

Pernahkah anda membaca puisinya bang Deddy Mizwar tentang sebuah motivasi, jika belum, inilah puisinya yang membuat saya merasa lebih semangat dan punya arti dalam setiap detik perjuangan. Semoga anda juga terinspirasi dengan puisinya bang Deddy Mizwar ini. selamat membaca!



 Oleh : Deddy Mizwar 


Bangkit itu SUSAH!
Susah melihat orang lain susah
Senang melihat orang lain senang

Bangkit itu Takut…
Takut korupsi
Takut makan yang bukan haknya

Bangkit itu Mencuri!
Mencuri perhatian dunia dengan prestasi…
Bangkit itu MARAH!
MARAH!!! Bila martabat bangsa diremehkan!

Bangkit itu malu…
Malu jadi benalu
Malu karena minta melulu

Bangkit itu… Tidak ada!
Tidak ada kata menyerah!
Tidak ada kata putus asa!
Bangkit itu… AKU!
Untuk Indonesiaku…


Ketika Kau---Ketika Itu




Ketika kau duduk beradu dengan lidah intelektual
Ketika itu, kami beradu dengan ganasnya kehidupan
Ketika kau bercanda di tempat yang megah
Ketika itu, kami bercanda dengan perihnya kehidupan
Ketika kau bergurau dengan sesepuh tahta
Ketika itu, kami bergurau dengan anak-anak kami yang tak punya masa depan
Ketika kau berdalih dengan aturan yang kau buat
Ketika itu, kami harus tegar menghadapi rentenir tak berprikemanusiaan
Ketika kau duduk manis dengan senyuman dan pemandangan yang indah
Ketika itu, kami harus bekerja keras demi perut yang kosong
Kapankah akan datang masa?
Masa disetiap anak kami bisa tersenyum
Masa disetiap tetesan keringat tak menjadi sia-sia
Masa disetiap tak ada uluran tangan dan belas kasihan
Masa disetiap semua orang mendapatkan kesejahteraan hidup
Masa disetiap kami bisa bertahan hidup dalam kesederhanaan
Tanpa ada tangisan dan cekikan tangan-tangan tak bertanggung jawab
Masa disetiap rakyat merasakan kemerdekaan 17-08-45 yang sesungguhnya serta bangga akan negeri tercinta
Wahai tangan-tangan pemberi kebebasan
Tidakkah kau merasa berdosa akan cekikan kuat pada leher kami
Tidakkah kau mengerti akan tetesan darah dan keringan kami
Tidakkah kau sedikit iba akan rintihan dan jeritan tangisan kami

Biarkanlah kami hidup bebas agar kami bisa bertahan hidup di negeri yang subur ini.




Selasa, 28 Mei 2013

Air Mata





Air mata adalah lafas kelukaan hati
Disaat bibir tidak bisa berucap
Air mata adalah kalimat sedih
Ketika bibir tidak bisa mengutarakan perasaan
Air mata adalah kalimat bahagia
Ketika bibir tidak bisa mengungkapkan
Air mata yang jatuh
Bukan hanya sekedar tangisan semata
Namun memiliki makna yang dalam
Terhadap kebahagiaan hidup
Terhadap luka hati yang pedih
Terhadap penderitaan jiwa yang sakit


Biarkan Aku Bernafas Di NegeriKu




Tak ada waktu lagi
Aku harus melangkah
Jangan kau usik aku
Biarkanlah aku tersenyum sebentar
agar aku bisa bertahan
Tak ada waktu lagi
Aku harus pergi
Jangan kau usik aku lagi
Biarkanlah aku berjalan
Mencari kehidupan
Agar aku bisa memberi senyuman
Malaikat kecil ku dalam pangkuan
Tak ada waktu lagi
Aku harus bertahan
Jangan kau usik aku lagi
Biarkahlah aku berteduh
Agar kedinginan tak menghampiri
Langit…, atap rumah ku
Bumi ku sebagai lantainya
Biarkanlah aku berdiri untuk hidup
Agar tak menjadi beban dalam tahta mu
Karena aku pun tak mau menjadi beban mu
Aku hanya ingin tersenyum dalam setiap derita ku
Aku hanya ingin tertawa dalam setiap kesedihan ku
Jangan kau usik aku lagi
Biarkanlah aku bertahan dengan keadaan ku
Karena aku hanya ingin bernafas dengan lega
Di negeri ku sendiri.







Kenapa, NegeriKu Kenapa?




Kenapa…?
Pertanyaan selalu berawal kenapa…!
Kenapa negeri ku tidak berseri…?
Kenapa negeri ku tidak tesenyum…?
Kenapa negeri ku…, kenapa…?
Apakah negei ku, negeri pengecut…?
Apakah negeri ku, negeri korupsi…?
Apakah negeri ku, negeri amburadul…?
Apakah negeri ku, negeri…
Negeri…, dimana aku tidak bisa bernafas…
Tidak bisa tidur nyenyak…
Tidak bisa mengais rezeki dengan tenang…
Kebaikan dikumandangkan…
Namun aku harus tersingkir dari kehidupan ku sendiri…?
Tak lelah ku menangis…
Tak lelah ku merintih kedinginan…
Tak lelah ku bertahan dalam kelaparan…
Namun tak kunjung senyuman diberikan…
Oleh para pembohong intelektual…
Berkedok perubahan dan kesejahteraan…
Berpakaian rapi…
Bagai tikus-tikus berdasi…
Mereka hebat…
Mereka pinter…
Mereka pahlawan…
Namun hanya untuk perut-perut kosong…
Dilapisi dengan kain baja…
Yang tidak bisa ditembus…
Oleh pikiran kaum awam…
Yang tak bisa membaca…
Hingga akhirnya…, aku hanya bisa bertanya…
Kenapa…, kenapa…, dan kenapa…





Senin, 27 Mei 2013

Indahnya Puasa

Ilustrasi Gambar; wanwma.com



Indahnya puasa mengajarkan kesabaran
Disetiap nafsu yang membara
Disetiap cobaan yang melanda
Disetiap langkah kaki yang renta
Akan kehidupan yang penuh dengan percobaan
Indahnya puasa mengajarkan keteguhan
Disetiap kebingungan
Disetiap tak menentunya jalan
Dalam hidup yang tak karuan
Indahnya puasa mengajarkan ketabahan
Dalam merima godaan yang tak terkendalikan
Dalam lingkaran nafsu yang mengkhawatirkan
Karena akan menjadi beban yang tak terkalahkan
Walau sering tak hiraukan oleh badan
Indahnya puasa mengajarkan ketakwaan
Dalam menggapai kemantapan iman
Dalam diri setiap insan
Yang ingin menjadi pemenang

Dalam kehidupan yang abadi.


Syair Kematian


 ~ Al-Ghazali

Sedarlah, Wahai orang yang tertipu!
Mengapa kamu masih riang bermain,
terlena dengan angan-angan.
Padahal ajal di depan matamu!
Bukankah kamu mengetahui
bahwa ambisi manusia adalah lautan luas tak bertepi.
Bahteranya adalah dunia.
Maka berhati-hatilah jangan sampai karam!
Yakinlah! Bahwa kematian pasti menjengukmu
bersama segala kepahitannya.
Ingatlah detik-detik itu, ketika kamu memberikan wasiat,
sedangkan anak-anak yang bakal menjadi yatim
Dan ibunya yang akan kehilangan suami tercinta
menangis pilu berlinang air mata.
Ia tenggelam dalam lautan kesedihan,
seraya memukul-mukul wajahnya.
Disaksikan para lelaki, padahal sebelumnya
ia adalah mutiara yang tersimpan rapi.
Kemudian setelah itu,
dibawalah kain kafan kepadamu.
Akhirnya! Diiringi isak tangis dan derai air mata,
Jasadmu dikebumikan



Mencari Makna Kehidupan



Jika air itu mengalir dengar deras
Mungkin yang ada hanya ikan pemberani
Untuk bertahan hidup dan melawan derasnya air
Bukan ikan pengecut yang hanya bisa hidup pada air tenang

Jika ada kebohongan
Pasti ada kejujuran
Karena ketika pekatnya malam
Masih ada sedikit cahaya untuk berjalan

Jika ada penjahat
Pasti ada ustadz
Karena ada keburukan
Pasti ada kebaikan

Jika ada aturan
Pasti ada yang melanggar
Karena tanpa ada yang melanggar
Pasti tidak aka nada aturan
Pembuat aturan (Pemerintah) juga banyak yang melanggarnya
Begitu juga dengan yang dibuatin aturan (rakyat)
Sebab…,
Manusia tidak sempurna
Bukan Nabi…, bukan juga Malaikat



Minggu, 26 Mei 2013

Suasana Baru

My Kontrakan


Suasana baru tak tahu
Bagaimana langkah dan rencana
Hanya saja mengikuti alur kehidupan
Dan terus berusaha komitmen untuk berjuang
Suasana baru yang tak tahu
Mengajarkan arti lama
Akan kehidupan sederhana
Walau dengan tatapan baru


My Kontrakan


Semoga Allah senantiasa menuntun kami
Menuju jalan yang diridhoiNya
Agar kami selalu komitmen dalam menetapkan hati
yang ingin mendapatkan masa depan yang cerah
Serta diberikan Nikmat Sehat
Agar selalu bisa menjalankan perintahNya
Amin..., Ya Rabbal Alamin.




Tak Ada Tangisan





Ketika burung terbang meninggalkan sarangnya
Disaat itulah dia bertaruh melawan kehidupan
Antara kembali pada sangkar atau mati dalam perburuan
Berjuang mencari penyambung nyawa
Demi keberlangsungan hidup sekarang, esok dan masa mendatang
Tak ada tangisan karena tak tahu cara menangis
Yang ada hanya waktu yang terawat
***
Burung-burung yang tak berakal itu
Merawat dan mengajarkan arti kehidupan
Pada generasi penerusnya
Hingga terus berlangsung sampai pada waktunya
Dimana semua mahluk kembali padaNya.



Detik sejarah Berlalu




Setiap detik sejarah telah berlalu
Berlalu dengan cepat bagai petir yang menyambar
Dari masa ke masa
Kaki pun terus melangkah berjuang
Hingga melintasi samudra
Berharap ada setitik kehidupan yang damai
Tanpa ada lika liku kehidupan yang bercabang
Dan tak banyak lidah yang bergoyang
Dan kini…, saatnya berpotret diri
Introspek diri dari masa lalu yang suram
Untuk meningkatkan diri demi sebuah masa depan
Apalagi ramadhan sebentar lagi akan tiba
Bulan peningkatan kesabaran dan penuh ampunan
Dan mari kita sambut dengan gembira mulai sekarang
Dengan menunaikan segala kewajiban dengan penuh kesabaran
Agar Allah SWT membuka hati kita
Untuk bisa menggapai tingkatan taqwa
Derajat tertinggi disisi khalik
Semoga Allah SWT selalu membimbing kita
Dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya

Amiin…, Ya Rabbal Alamin